Nama “Pemuda Setempat” merupakan nama bagi sebuah bentuk kegiatan inisiatif berkarya dan berpameran dari beberapa orang muda, yang berangkat dari latarnya sebagai mahasiswa-mahasiswa di suatu lingkungan kampus seni rupa. Sebagai kaum muda, yang merintis jalannya masing-masing dalam dunia seni rupa, orang-orang ini pada akhirnya menggagas secara kolektif untuk menggelar sebuah pameran, yang bertolak dari standpoint bersama, yang secara umum memiliki penolakan terhadap pakem-pakem mapan-praktis dari sistem berkarya dan berpameran seni dan seni rupa yang ada dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini berbuah menjadi pameran “Pemuda Setempat” yang diadakan pada bulan Desember 2012, yang secara prinsip mencoba untuk memberikan pertanyaan dan pemikiran ulang dengan keberlangsungannya yang diadakan di sebuah venue non-galeri dan dalam tempo satu hari saja, berbeda dengan pandangan umum soal pameran yang biasanya berlangsung 1-2 minggu di galeri mapan dengan ekspektasi hasil yang “lebih” pasti.
Dalam kesempatan ini, kami membawa kembali nama “Pemuda Setempat” sebagai sebuah unsur dalam pameran baru. Atas asas yang sama seperti dalam pameran pada Desember 2012, kami mencoba untuk membawa kembali aspek-aspek pemikiran alternatif beserta semangat kepemudaan dalam sebuah rangkaian acara pameran baru, yang berada pada tingkat lebih berikut.
Kata 'Hajatan' dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata hajat, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki makna 1) maksud: keinginan, kehendak. 2) kebutuhan atau keperluan. Dari sini kita dapat memaknai bahwa kata hajat sendiri memiliki asosiasi dengan hasrat, kebutuhan yang harus dipenuhi, oleh karena itu, ketika kita mendengar kata hajatan, kata ini merepresentasikan bentuk acara atau kegiatan yang memiliki kepentingan untuk dilaksanakan (merujuk kepada makna kedua yaitu kebutuhan atau keperluan). Hajatan kita kenal sebagai sebuah acara yang menghimpun khalayak, dengan sifat “ramai” ini, hajatan dapat kita sandingkan dengan kata festivity sebagai padanan bahasa Inggrisnya, atau feest dalam bahasa Belanda, yang kita serap menjadi kata pesta. Dan di sini ada sebuah pesan mengenai ke-pestaan yang dimuat olehnya, yang menjadi sarana berhimpun dan beriang gembira.
Ide mengenai “pesta” dalam sebuah pameran seni rupa bisa jadi merupakan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu alien, mengingat pameran sendiri merupakan sebuah bentuk kegiatan showcase atau pertunjukan, yang menunjukkan sesuatu kepada sekumpulan orang, yang juga menjadi jangkar dari kegiatan pesta, dan acara pembukaan pameran sendiri pun, dengan berbagai konsumsi dan tatanan acara serta panggungnya sedikit banyak memang menyerupai bentuk pesta. Namun, di sini pesta menjadi suatu sifat yang dipinjam, di sinilah mengapa kami mengambil kata “hajatan” sebagai sebuah tajuk bagi sebuah pameran, yang eksperimental dalam latarnya. Hajatan, merupakan sebuah istilah bagi pesta, yang mungkin tidak terlalu hura-hura, mungkin lebih tradisional, dan memang lebih mengarah kepada slang, istilah, yang sedikit peyoratif untuk ketika menyebut pesta resepsi pernikahan, atau khitanan, atau bentuk acara lain yang memiliki segmen-segmen yang menghibur. Namun, peyorasi di sini juga menjadi sebuah jangkar lain, dalam artian pameran ini bermaksud secara sadar untuk menjadi ‘nyeleneh’, untuk menjadi berbeda, namun dalam semangat hajatan, semangat pesta itu sendiri, yang asyik dan menggugah orang. Bagi kami, pameran ini menjadi suatu ajang showcase, yang lebih bermain-main dalam latarnya, dan aspek peyorasi juga barangkali merupakan sebuah kritik dalam parodi. Ini merefleksikan eksprimentasi kami terhadap apa yang kami anggap sebagai sebuah pameran, dan bagaimana sebuah pameran harus menjadi dalam waktu sekarang ini. Maka dipilih lah “Menghajat Seni Bersama Pemuda Setempat” sebagai tajuk dari pameran ini.
Ari Respati
Puja Anindita
Sandy Adithia Djohari